NasionalNews

Ekonomi Tumbuh, Kemiskinan Memburuk: Ironi Besar Indonesia di Mata Dunia

×

Ekonomi Tumbuh, Kemiskinan Memburuk: Ironi Besar Indonesia di Mata Dunia

Sebarkan artikel ini
Ekonomi Tumbuh, Kemiskinan Memburuk: Ironi Besar Indonesia di Mata Dunia
Ilustrasi potret kemiskinan di Indonesia

Rapormerah.com – Di balik gelar sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menyimpan potret buram: 193,5 juta penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan internasional versi Bank Dunia.

Laporan terbaru lembaga keuangan global itu menyebut bahwa 68,3 persen penduduk Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dasar menurut standar global sebesar 8,3 dolar AS per hari (menggunakan metode PPP 2021).

Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk miskin terbanyak dalam kategori negara berpendapatan menengah atas.

Indonesia hanya sedikit lebih baik dari negara-negara Afrika seperti Afrika Selatan, Namibia, dan Botswana, namun tertinggal dari negara seperti Vietnam, Fiji, dan Armenia, yang secara ekonomi bahkan tergolong lebih kecil.

Pengamat ekonomi Anthony Budiawan dari PEPS menilai, fakta ini merupakan tamparan keras bagi pemerintah.

“Ini ironi besar. Indonesia kaya sumber daya alam, tapi tidak mampu menyejahterakan mayoritas rakyatnya,” katanya.

Menurut Budiawan, kemiskinan massal ini adalah hasil dari ketimpangan kebijakan, korupsi struktural, serta absennya keberpihakan negara terhadap rakyat kecil.

Ia memperingatkan bahwa tanpa reformasi serius, kemiskinan akan menjadi masalah laten yang terus diwariskan.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan nasional hanya 9,4 persen per Maret 2024. Namun, angka ini menggunakan definisi yang jauh lebih rendah dibanding standar internasional.

Perbedaan inilah yang menciptakan jurang persepsi antara realitas global dan klaim domestik.

Bank Dunia sendiri memperbarui garis kemiskinan internasional secara berkala. Kenaikan dari 6,85 dolar AS (PPP 2017) ke 8,3 dolar AS (PPP 2021) mencerminkan kondisi ekonomi dunia yang makin menuntut biaya hidup lebih tinggi—dan memperjelas bahwa Indonesia belum mampu mengejar standar kesejahteraan tersebut.

 

Editor : Raden
Follow Berita rapormerah.com di news.google.com