Viral

Bupati Halmahera Utara Ngamuk, Kejar Demonstran dengan Parang

31
×

Bupati Halmahera Utara Ngamuk, Kejar Demonstran dengan Parang

Sebarkan artikel ini
Bupati Halmahera Utara, Frans Manery mengamuk dan mengejar para demonstran dengan parang
Bupati Halmahera Utara, Frans Manery mengamuk dan mengejar para demonstran dengan parang

Zonafaktualnews.com – Bupati Halmahera Utara, Frans Manery mengamuk dan mengejar para demonstran dengan parang.

Aksi Bupati Halmahera Utara viral di media sosial, Sabtu (1/6/2024).

Dalam video yang beredar, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, lari kocar-kacir.

Pasalnya, para mahasiswa itu dikejar oleh Bupati Halmahera Utara, Frans Manery dengan mengunakan benda tajam berupa parang.

Para mahasiswa merasa terancam sehingga mereka terpaksa harus lari berhamburan ke jalan raya. Aksi kejar-kejaran bupati dan para mahasiswa itu membuat warga sekitar panik.

Aksi tersebut bermula ketika para mahasiswa mendatangi salah satu hotel di Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara, tempat menginap para komika yang didatangkan oleh Pemda Halmahera Utara untuk acara HUT ke-21 Kabupaten Halmahera Utara di Kota Tobelo.

Kehadiran para mahasiswa itu langsung didatangi oleh sang Bupati Frans Manery, untuk mencegah para mahasiswa agar tidak melakukan aksi demo di hotel tersebut yang dinilai dapat mengganggu tamu komika yang didatangkan pemda setempat.

Alhasil sang bupati tersulut emosi dan langsung mengambil senjata tajam berupa parang di mobil miliknya dan mengejar para mahasiswa sehingga mereka lari kocar-kacir.

Bupati Halmahera Utara, Frans Manery membenarkan aksi yang ia lakukan. Dia menjelaskan kelompok aksi yang melakukan aksi demo bertepatan dengan perayaan HUT Kabupaten Halmahera Utara.

Kejadian itu terjadi pada Jumat (31/5/2024) siang, sekira pukul 11.00 WIT di kantor DPRD dan telah ditanggapi oleh DPRD.

Namun, mereka kemudian melanjutkan aksi di Kantor Keuangan Daerah Halmahera Utara. Mereka masuk dan mengobok-obok dengan membuang fasilitas kantor, membuang vas bunga, dan alat-alat yang ada di atas meja ke luar ruangan.

Selanjutnya mereka menuju ke hotel untuk melakukan aksi.

“Jadi saya mengikuti pleno KPU penetapan hasil pemilu pasca-putusan MK, kami dengan Forkompimda, tiba-tiba sekitar Jam 15.40 WIT, anak saya telepon bahwa mahasiswa yang melakukan aksi sementara menuju ke rumah,

Kebetulan di rumah ibu menjamu tamu penyanyi maupun artis komika, saya langsung keluar dan menuju ke rumah dan sebelum sampai ke rumah,

Kurang dari 70 meter dengan rumah kami, massa aksi sudah meletakkan mobil dan mau berorasi di situ mau mengusir para tamu yang kami undang, tidak boleh melakukan pertunjukan malam ini,” ujar Frans.

Frans mengaku telah memberikan teguran kepada massa aksi secara baik-baik agar segera kembali  dan tidak melakukan aksi. Selain itu, waktu telah menujukan sore hari sehingga tidak tepat untuk menyampaikan aspirasi.

Namun, upaya bupati itu dibantah oleh massa aksi, mereka menilai keuangan daerah saat ini kian memburuk sehingga bupati dinilai menghambur-hamburkan uang rakyat hanya untuk mendatangkan artis.

Lebih lanjut, bupati menilai tindakan yang dilakukannya bukan selaku bupati, karena aksi yang dilakukan berada di kompleks perumahan pribadi dan tidak ada aparat berjaga.

“Ya sudah kebetulan di mobil saya ada parang salawaku, rencana mau dipakai pada acara cekalele di acara HUT itu ada dan saya usir. Kalau dengan tangan kosong tidak mungkin mereka bisa kabur.

Mau tak mau saya kejar dengan parang, dan untung mereka lari. Kalau tidak lari, menantang saya, ya tidak tahu apa yang terjadi tadi. Jadi itu kronologisnya saya kecewa dengan mereka,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Kabupaten Halmahera Utara, Johan Rivaldo Djini membantah pernyataan yang disampaikan Bupati Frans Manery.

Mereka tidak diberi teguran seperti yang disampaikan bupati, melainkan langsung mengambil parang dari mobil dan mengancam massa aksi sehingga lari berhamburan.

“Beliau datang keluar dari mobil langsung ambil parang dan serentak massa aksi kaget. Padahal kami menunggu apabila bupati ingin melayani dengan berdebat kami siap menghadapi, tetapi bupati mengambil parang sehingga kami lari karena bisa mengacam kami,” ucap Johan.

Menurut Johan, bupati juga memotong kaca mobil mereka dan pecahan kaca mengenai salah satu kader GMKI dan berdarah.

“Saya juga mengklarifikasi kami tidak merusak fasilitas kantor, kami hanya membuang vas bunga dan tempat sampah karena kami tidak ketemu satu pun pegawai di kantor keuangan, ini bentuk kekecewaan kami,” pungkasnya (***)

 

Source : zonafaktualnews.com