Viral

Heboh, Cahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta

×

Heboh, Cahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta

Sebarkan artikel ini
Tangkapan layar video viral, Penampakan Cahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta
Tangkapan layar video viral, Penampakan Cahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta

Rapormerah.com  – Video penampakan cahaya hijau melintasi  langit Jogyakrta geger di media sosial, Senin (6/5/2024).

Sejumlah pakar menyebut penampakan cahaya hijau misterius itu diduga kuat adalah meteor.

Penampakan hijau yang melintasi langit Jogja itu disebut terjadi pada Sabtu (5/5) pukul 22.12 WIB.

“Ketampakan ini adalah meteor terang atau fireball,” ujar astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo seperti yang dikutip dari Detik Minggu (5/5/2024).

Marufin Sudibyo menuturkan kilatan itu tak hanya terpantau di langit Jogyakrta. Beberapa laporan menyebutkan ada warga yang melihat di wilayah timur dan utara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Dari laporan terpantau juga di kawasan Jogja, Solo Raya, Magelang, dan Semarang,” ujarnya.

Dia juga menyebut kilatan ini terekam tanpa titik spike. Ini ada ciri khas pemecah belahan atau fragmentasi saat memasuki atmosfer Bumi

Dari hasil pengamatannya, meteor ini juga tidak menghasilkan dentuman suara atau sonic boom.

Berdasarkan data pantauan ini, meteor ini memiliki magnitudo antara -6 hingga -7.

“Artinya pada puncaknya meteor terang ini 20 kali lebih terang dibanding Venus,” ujarnya.

Terkait warna hijau pada ekor meteor, Marufin menuturkan adanya indikasi konsentrasi nikel yang tinggi.

Dia juga menduga meteor ini adalah pecahan asteroid. Kejadian ini tergolong wajar dalam dunia astronomi.

Marufin Sudibyo memastikan bahwa meteor ini bukanlah Eta Aquarid. Diketahui bahwa Bumi akan disajikan hujan meteor Eta Aquarid pada 5 dan 6 Mei 2024.

“Karena lintasannya dari selatan dan terlihat sebelum tengah malam, meteor terang ini bukan meteor Eta Aquarid,” imbuhnya.

Selain itu, kilatan yang terlihat dissebutnya memiliki tingkat terang yang melebihi planet Venus.

Marufin menambahkan  setiap benda langit memiliki tingkat terangnya masing-masing.

Skala penghitungan tingkat terang adalah magnitudo. Jika angkanya positif maka cahaya yang dihasilkan semakin redup.

“Makin besar nilai positifnya, makin redup. Kalau negatif, artinya terang. Makin kecil nilai negatifnya, maka makin terang. Batasnya adalah magnitudo 0, yang dimiliki bintang Sirius,” jelasnya.

Benda langit paling terang yang teramati dari bumi adalah matahari. Marufin menuturkan bintang raksasa ini tercatat dengan magnitudo -26,7.

Sementara bulan purnama menjadi benda langit paling terang kedua, dengan magnitudo -12.

“Sementara Venus jadi benda langit paling terang ketiga, dengan magnitudo -4,” katanya.

“Kalau meteor terang ini punya magnitudo anggap saja -7. Maka jelas dia lebih terang dibanding Venus. Tingkat terangnya 15 kali lebih terang dibanding Venus,” ujarnya.

Terkait asal-usul meteor, Marufin mengakui bisa terlacak. Dengan syarat adanya rekaman lengkap melintasnya meteor dari berbagai arah. Setidaknya minimal ada dua rekaman yang memperlihatkan lintasan meteor.

“Bisa, asal ada minimal dua rekaman meteor terang ini. Sehingga profil lintasannya di atmosfer bisa direduksi. Selanjutnya prakiraan orbitnya saat mengelilingi Matahari bisa diturunkan, tentu saja melalui astrodinamika,” katanya.

Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) angkat bicara soal video kilatan cahaya hijau di langit Jogja pada Sabtu (4/5/2024).

Menurut analisis BRIN, kilatan yang diduga meteor tersebut tidak berbahaya bagi bumi.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin menjelaskan kejadian itu merupakan hal biasa. Di mana meteor menabrak atmosfer bumi dan terbakar di angkasa.

“Diduga itu meteor, batuan antariksa yang berpapasan dengan bumi, lalu masuk atmosfer dan terbakar,” kata Djamal

“Kejadiannya pada ketinggian sekitar 80 kilometer. Itu kejadian biasa, tidak berbahaya bagi Bumi,” sambungnya

Djamal mengatakan meteor tak bernama ini merupakan meteor acak yang kebetulan menabrak bumi.

Menurutnya meteor ini habis terbakar di atmosfer sehingga tidak ada puingnya yang sampai ke permukaan bumi.

“Meteor tidak ada namanya. Kejadian acak,”ungkapnya.

“Jatuhnya mungkin jauh dari Jogja karena itu dari ketinggian sekitar 80 kilometer, hanya terlihat di Jogja. Tampaknya itu meteor kecil yang habis di atmosfer,” imbuhnya.

Meski terlihat jelas di langit Jogja, Djamal menyangsikan kejadian kilatan ini juga terlihat di wilayah sekitar Jogja lantaran ketinggiannya yang diperkirakan sekitar 80 kilometer.

“Mungkin terlihat, karena itu tinggi. Tetapi mungkin tidak ada yang melihat. Di Jogja terlihat karena terekam CCTV,” pungkasnya

 

Editor : Raden