Rapormerah.com – Wakil Ketua DPW PKB Sulawesi Tengah, Muhammad Safri menyindir Luhut Binsar Panjaitan.
Sindiran itu terkait pernyataan Luhut yang menyebut Muhaimin Iskandar bohong soal hilirisasi nikel yang dinilai ugal-ugalan.
Safri menyebut pernyataan Gus Imin adalah benar adanya.
“Apa yang disampaikan Gus Imin soal hilirisasi nikel ugal-ugalan adalah benar adanya,
Jadi Pak Luhut jangan asal bicara, saya tantang beliau untuk datang ke sini,
Tanya langsung ke masyarakat kondisi mereka hari ini sulit apa tidak?
Perputaran uang bagaimana? daya belinya seperti apa?,” tegas Safri dalam keterangan resminya, Sabtu (27/1/2024).
Safri menilai reaksi Luhut terhadap Gus Imin adalah bentuk kepanikan.
Pernyataan Luhut juga sekaligus pembelaan terhadap kepentingan para pemodal dibalik hilirisasi nikel tersebut.
Dirinya bahkan menuding Luhut menutup mata terhadap banyaknya bencana yang terjadi akibat hilirisasi nikel di Morowali dan Morowali Utara.
“Harus diakui, Luhut panik terhadap pernyataan Gus Imin. Sebagai tameng pemodal,
Dia lantas buru-buru mengklarifikasi dan kita sudah paham ujungnya adalah pembelaan terhadap para pemodal,
Ini yang kita sayangkan, kenapa seorang yang mengaku patriot tega menutup mata terhadap bencana yang terjadi akibat hilirisasi nikel yang ia banggakan tersebut,” bebernya.
Safri yang juga Wakil Ketua DPRD Morowali Utara mengaku sudah lama menyoroti ketimpangan yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam yang begitu masif di daerah ini.
Safri menyebut Morowali dan Morowali Utara kini penuh sesak izin korporasi pertambangan dan industri nikel, namun belum bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat bahkan menimbulkan masalah baru.
“Alih-alih membawa kesejahteraan bagi masyarakat, meski berbalut Proyek Startegis Nasional (PSN) hilirisasi nikel justru menimbulkan berbagai masalah mulai dari konflik lahan, kriminalisasi warga hingga kerusakan lingkungan,” ungkapnya.
Safri mencontohkan masyarakat yang berprofesi sebagai petani, banyak dari mereka yang harus kehilangan ruang produksi karena adanya alih fungsi lahan baik secara prosedur legal maupun perampasan tanah. Jika menolak menjual tanahnya, petani mendapat intimidasi sehingga terpaksa melepas lahannya.
“Terjadi perubahan sosial dan kemunduran secara ekokomi. Masyarakat kita kehilangan ruang-ruang yang selama ini menjadi tumpuan hidup yang berakibat mereka tidak lagi mandiri secara pangan dan hanya bergantung pada perputaran uang dari sektor lain,” imbuhnya.
“Jadi ajakan Luhut ke Gus Imin untuk berkunjung ke Morowali adalah salah alamat. Jauh sebelum hilirisasi nikel terjadi Gus Imin sudah bolak-balik kesini, beliau sudah menyatu dengan denyut nadi masyarakat Morowali dan Morowali Utara. Jadi Pak Luhut, jangan ajari ikan berenang di laut,” pungkas Safri.
Editor : Raden