Nasional

23 Penyair “Perempuan Pemecah Mimpi” Getarkan Jatinegara dalam Parade Puisi Kartini

×

23 Penyair “Perempuan Pemecah Mimpi” Getarkan Jatinegara dalam Parade Puisi Kartini

Sebarkan artikel ini
23 Penyair “Perempuan Pemecah Mimpi" Getarkan Jatinegara dalam Parade Puisi Kartini
Para penyair “Perempuan pemecah mimpi”

Lihat matanya telanjang menatap langit lepas

tengadahkan jarinya menjura ke atas

bermandikan matahari yang menyegat dengan ganas

meski bumi dan hutan jati bersijingkat

setia berpeluk dengan derasnya keringat

 

demikian garis telah tertulis

menerima nasib sebagai perempuan pemanis

terkungkung oleh aturan

feodal tak bisa disangkal

kehendak yang selalu tertolak

bersejati dengan diri yang mandiri

pikiran merdeka jiwa merdeka

 

tapi tradisi selalu menghalangi

wanita dijajah pria

dijadikan perhiasan sangkar emas

hanya sebatas “konco wingking”

setiap saat untuk terpelanting

hanya bisa merima nasib seperti ranting

 

kapan saja bisa patah melenting

tak ada aduh

hanya bisa patuh

tak demikian

tak harus ada yang berani melebur

agar wanita tak dijadikan sumur

tapi berderajat

yang setara dengan pria

hak yang sama

kodrat yang membeda

laju-laju melaju laju

mendobrak ketertindasan dengan mengasah kecerdasan

membaca menjadi jendela dunia

wanita tak lagi terperdaya

bergerak maju seiring sejalan

 

mencapai kesetaraan

kartini pemecah mimpi

pahlawan bagi kaumnya

sepanjang masa

Penggalan dari  sajak berjudul “Perempuan Pemecah Mimpi” karya Dyah Kencono Puspito Dewi di atas tadi telah dibacakannya dengan suara  lantang, menghentak, dan membahana sesuai dengan suara perjuangan RA.Kartini dalam emansipasi dan pendidikan kaum perempuan di Indonesia.

Pada acara panggung perjuangan berupa parade baca puisi penyair perempuan merah putih di Museum Benyamin Sueb-depan Stasiun KA Jatinegara- Jakarta Timur, Jumat sore (25/4/2025) yang  berlangsung dengan semarak dan diwarnai semangat kartini Indonesia.

Penyair Perempuan Merah Putih Rissa Churria (juga selaku MC-red) membuka acara ini dengan baca puisi karya sendiri berjudul “Tubuh Tradisi”, dan acara ditutup baca puisi terakhir oleh Nuyang Jaimee  dengan diiringi awan gelap -jelang magrib- dan langsung turun hujan di sekitar lokasi acara.

“Acara ini memang untuk merespon cita-cita RA.Kartini sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia.Sebanyak 23 penyair perempuan merah putih yang telah eksis, punya karya berupa buku antologi puisi hadir juga untuk merespon cita-cita RA. Kartini tersebut baik saat baca puisi maupun tampilan musikalisasi puisi.Dari perempuan dan untuk perempuan,” ujar Moctavianus Masheka , Ketua Taman Inspirasi  Sastra Indonesia (TISI) memberikan kata sambutan ketika membuka acara sastra tersebut.

Sementara Encu, UP Museum Benyamin Sueb

berterima kasih kepada TISI yang telah memprakarsai acara sastra  ini dengan baik, sehingga diharapkan museum Benyamin Sueb dapat dipopulerkan kepada masyarakat luas.

“Apalagi telah hadir para penyair perempuan dengan penampilan Kartini-Kartini sejati , bahkan ada yang datang dari provinsi Jambi.Terima kasih kepada Bung Octa selaku Ketua TISI  yang diharapkan acara ini dapat pula mendukung Kota Jakarta menuju Kota Global , sehingga perlu support dari para seniman .Sukses Kartini, sukses Jakarta ,” katanya.

Pada kesempatan pembukaan acara panggung perjuangan penyair merah putih -yang juga diberikan kata sambutan singkat dari Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur diwakili Cininta Kirana Karima- Ketua JSM (Jagat Sastra Milenia) Riri Satria mengatakan bahwa event atau acara baca puisi terdiri dari tiga bagian.

“Event pertama puisi dibacakan dihadapan para penyair saja, sehingga masyarakat umum tidak mengerti.Kemudian baca puisi dihadapan langsung masyarakat, dan baca puisi dihadapan langsung para pejabat negara,” ucapnya.

Dikatakannya lagi , menjadi suatu pertanyaan apakah puisi hanya dibacakan di depan penyair atau masyarakat sastra saja, dan tidak sampai.kepada khalayak ramai.

“Padahal karya puisi itu  butuh juga perhatian dari negara atau pemerintah dan sponsor dari pihak swasta,sehingga  bisa berdampak luas kepada masyarakat umum,” kilahnya.

Riri Satria pada kesempatan itu juga  mengingatkan bahwa seorang penyair ketika baca puisi -bukan sekedar membaca dengan teriakkan atau emosi-tetapi juga harus mengerti isi puisi yang dibacakan dan dapat mengerti apa maksud dari isi puisi ini.

“Kita harus paham dulu isi puisi yang akan dibacakan, baru setelah itu kita laksanakan,” jelasnya.

Masih Dalam Rangkaian Hari Kartini

Masih dalam rangkaian peringatan Hari RA.Kartini, Taman Inspirasi Sastra Indinesia (TISI) didukung oleh Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur serta bekerjasama dengan Jagat Sastra Milenia (JSM).

Digelar  panggung perjuangan penyair perempuan merah putih di Museum.Benyamin Sueb- seberang Stasiun KA Jatinegara- Jakarta Timur pada Jumat, 25 April 2025 mulai.pukul 15.30 WIB.

“TISI  menggelar panggung perjuangan para penyair merah putih masih dalam rangka peringatan hari RA.Kartini yang didukung sepenuhnya oleh Bapak Berkah Shadaya selaku Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur serta bekerjasama dengan Jagat Sastra Milenia,” jelasnya pada Kamis malam kemarin (24/4/2025).

Karya puisi yang ditulis dan dibacakan para penyair perempuan merah putih ini lebih terfokus pada tema sentral perjuangan emansipasi dan pendidikan kaum perempuan di Indonesia sesuai cita-cita RA.Kartini.

“Selain baca puisi juga diselingi dengan musikalisasi puisi ,” ucap Bung Octa yang juga dikenal sebagai Penyair dan Sutradara FTV ini.

Ditambahkannya, Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) -dalam beberapa tahun terakhir ini- telah hadir dalam berbagai event nasional di dunia sastra Indonesia.

Semisal Satu Abad Chairil Anwar, Anugerah Sastra Sutardji Calzoum Bachri (2023) Anugerah Sastra Taufik Ismail (2024), dan tahun ini (2025) direncanakan akan memberikan Anugerah Sastra kepada Putu Wijaya.

Sejak tahun 2021 sampai tahun 2024 TISI telah terbitkan sebanyak 16 buku antologi puisi bersama.

Pada bulan Mei tahun 2025  TISI akan terbitkan kembali  buku antologi puisi berjudul “Swara-Swara Anak Pulau ” (ahli waris sah Republik Indonesia) yang menurut rencana akan diberikan kata pengantar oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon.

Selain itu TISI sebagai komunitas sastra mengadakan workshop menulis dan baca puisi untuk masyarakat umum.

Puluhan penyair perempuan Indonesia  tampil di atas Panggung Perjuangan Penyair Perempuan Merah Putih- untuk baca puisi dalam rangka Hari Kartini 2025- di Museum.Benyamin Sueb , Jatinegara,  Jakarta Timur.

Mereka yang akan tampil adalah Silvy, Devie Matahari, Dyah Kencono Puspito Dewi, Erna Winarsih Wiyono, Fanny Jonathan Poyk, Mita Kotoyo, Nunung Noor El Niel,, Nurhayati, Shantined, Rini Intama,Rissa Churria, Gerimis Saba, Anisa Dwi Wahyuningsih, Anggit Anker Cils, dan Tersajakkanlah dan Nuyang Jaimee.

Acara sastra sore hari di pelataran Museum Benyamin Sueb itu  juga akan diselingi sejumlah pertanyaan dari panitia berupa kuis interaktif kepada para penonton yang berhadiah uang tunai dan sejumlah buku antologi puisi yang disumbangkan oleh para penyair perempuan.

 

Kontributor : Lasman Simanjuntak
Follow Berita rapormerah.com di news.google.com