Rapormerah.com – Di negeri yang menjanjikan keadilan untuk semua, Budiman S hidup seperti berjalan di ladang ranjau.
Setiap langkah yang ia ambil demi memperjuangkan haknya bisa saja meledakkan masalah baru—entah laporan polisi, tuduhan fitnah, atau serangan fisik yang datang tiba-tiba di tengah malam.
Sejak tahun 2016, tanah yang seharusnya menjadi tempat berteduh justru berubah menjadi sumber bencana.
Permohonan sertifikat tanah yang ia ajukan menjadi pintu masuk pada pusaran konflik yang tak berujung. Batas lahan dipersoalkan, niat baik dicurigai, dan hak milik dipertanyakan.
Sengketa itu kini telah sampai di meja Pengadilan Negeri Maros, bahkan akan digelar dalam proses hukum lanjutan oleh Ditreskrimum Polda Sulsel.
Budiman juga telah mengadu ke Kantor Wilayah ATR/BPN Sulsel dan melaporkan dugaan pelanggaran oleh oknum penyidik Polres Maros dan Polsek Moncongloe ke Propam Polda Sulsel.
Alih-alih mendapat kejelasan, beban Budiman justru bertambah. Ia dilaporkan balik dengan tuduhan menyebarkan hoaks.
Kasus ini kini ditangani oleh Krimsus Polda Sulsel. Tuduhan itu datang seperti hujan deras di musim paceklik—menghantam tanpa belas kasihan.
Meski terus diburu laporan dan tekanan, Budiman tak mengendurkan langkah. Ia menyebut dirinya hanya korban dari permainan orang-orang yang terganggu oleh keberaniannya mempertahankan hak.
“Saya hanya ingin hidup tenang dan menempati tanah saya sendiri yang sudah saya urus sejak lama. Tapi rupanya ada yang tidak senang jika saya berdiri tegak memperjuangkan hak saya,” ungkap Budiman, Minggu (29/6/2025).
Ujian terberat datang bukan hanya dari aparat, tapi dari orang-orang yang membawa batu. Rumah Budiman pernah diserang secara brutal oleh sekelompok orang yang dipimpin pria berinisial AD. Jendela rumah pecah, kendaraan rusak, dan tubuh Budiman tak luput dari luka.
Laporan kekerasan telah ia sampaikan, tapi respons hukum seolah berjalan di tempat. Di tengah ketidakpastian dan ancaman, Budiman tetap bertahan. Ia menolak tunduk pada tekanan dan intimidasi.
Perjalanan Budiman bukan sekadar soal tanah. Ini tentang keberanian berdiri ketika sistem tampak membungkuk ke arah yang salah. Tentang suara rakyat kecil yang tetap berteriak meski dikepung diamnya keadilan.
Editor : Raden
Follow rapormerah.com di google news